Tuan Guru Munawar Kholil Ajarkan Tujuh Rahasia Shalat Dimulai dari Zikir dan Diakhiri Rasa Takut

Tebo, tnaj.or.id – Pimpinan Pondok Pesantren Marjanul Qalbi Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi, Tuan Guru Dr. SM Munawar Kholil Alkholidi, S.Th.I, M.Pd.I, menyampaikan pentingnya memahami hakikat shalat secara lahir dan batin. Hal itu disampaikan pada pengajian rutin santri di Rumah Suluk Darus Salikin, Kamis (9/10/2025) malam.

Dalam tausiyahnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Majelis Mursyidin Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah ini menguraikan secara rinci 13 rukun shalat dan 7 rahasia shalat yang menjadi fondasi utama kesempurnaan ibadah seorang hamba di hadapan Allah SWT.

“Shalat adalah pertemuan hamba dengan Tuhannya. Bukan hanya soal berdiri, rukuk, dan sujud, tapi bagaimana hati hadir di hadapan Allah,” ujar beliau di hadapan para santri.

Menurut Tuan Guru Munawar Kholil, ada tiga belas rukun shalat yang wajib dipahami dan tidak boleh ditinggalkan. Rukun-rukun itu ialah, niat, berdiri bagi yang mampu, takbiratul ihram, membaca Al-Fatihah, rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah, tasyahhud akhir, duduk tasyahhud akhir, membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW, salam dan tertib.

“Kalau satu rukun saja tidak dilakukan, maka shalatnya tidak sah. Rukun itu ibarat tulang bagi tubuh ibadah,” jelas beliau.

Namun, beliau menambahkan bahwa memahami rukun secara fikih saja belum cukup. Seorang muslim perlu menyelami rahasia batin shalat agar ibadah tersebut benar-benar menjadi jalan menuju Allah SWT.

Dalam lanjutan tausiyahnya, Tuan Guru Munawar Kholil yang juga Sekretaris Idaroh Aliyah JATMAN ini mengungkapkan bahwa di balik gerakan shalat, terdapat tujuh rahasia utama yang menjadi inti ruhani ibadah tersebut, yaitu:

1. Zikir – mengingat Allah SWT.

Ini yang pertama dan paling penting. Supaya shalat kita bisa khusyuk, kita harus belajar berdzikir. Zikir itu dipelajari, bukan datang dengan sendirinya. Pertama, zikir dengan hati kemudian qira’ah, yaitu membaca dengan lisan.

2. Qira’ah – membaca dengan benar. Ini bukan hanya sekadar melafalkan bacaan, tetapi membaca dengan penghayatan dan pemahaman makna.

3. Ta’zhim – mengagungkan Allah SWT. Dalam setiap gerakan shalat, hati kita harus penuh rasa hormat dan keagungan terhadap Allah.

4. Tawadhu’ – merendahkan diri. Menyadari bahwa kita ini hamba yang lemah, hina, dan tidak punya apa-apa di hadapan Sang Pencipta.

5. Tawakal – berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Kita melepaskan segala urusan dunia dan menyerahkan hasilnya hanya kepada Allah SWT.

6. Khusyuk – yaitu tetap, tenang, dan hadir hati di hadapan Allah. Tidak goyah oleh gangguan pikiran, suara, atau hal-hal yang melalaikan.

7. Diawali dengan rasa malu dan diakhiri dengan rasa takut. Artinya, ketika hendak shalat kita merasa malu kepada Allah atas dosa dan kelalaian kita. Dan ketika mengakhiri shalat, kita merasa takut apakah shalat kita diterima atau tidak.

“Kalau ketujuh hal ini ada pada kita saat shalat, maka shalat itu benar-benar sempurna. Tapi ini tidak mudah. Harus dipelajari dan dilatih dengan hati,” tutur beliau.

Beliau menjelaskan, zikir adalah rahasia pertama yang menghidupkan shalat. “Dengan zikir, hati terhubung kepada Allah. Bacaan dalam shalat bukan sekadar suara, tapi pancaran makna,” tambahnya.

Sementara itu, ta’zhim dan tawadhu’ mengajarkan kehormatan dan kerendahan hati di hadapan Sang Pencipta. “Ketika rukuk dan sujud, sesungguhnya engkau sedang menundukkan seluruh ego di hadapan Allah,” ujarnya.

Sedangkan tawakal dan khusyuk merupakan bentuk penyerahan diri sepenuhnya, hingga shalat berakhir dengan rasa malu dan takut kepada Allah SWT, tanda kesempurnaan ibadah seorang hamba.

Tuan Guru Munawar Kholil juga menegaskan pentingnya niat sebagai awal ibadah yang menentukan arah dan makna shalat. Menurut beliau, niat sejati bukanlah ucapan semata, melainkan menyatunya kesadaran hati dan perbuatan.

Tuan Guru Dr. SM Munawar Kholil Alkholidi,S.Th.I, M.Pd.I, Pimpinan Pondok Pesantren Marjanul Qalbi Jambi

“Niat itu bukan sekadar lafaz ‘usholli’, tapi menyengaja sesuatu bersamaan dengan perbuatannya. Lafaz niat hanya untuk membantu menghadirkan hati,” tegas beliau.

Beliau mencontohkan, niat sejati terjadi ketika seseorang mengangkat takbir dengan hati yang sadar bahwa dirinya sedang menghadap Allah SWT.

“Kalau masih sebatas ucapan atau rencana dalam hati, itu belum niat. Niat sejati jatuh bersamaan dengan perbuatan,” katanya.

Menutup pengajian, Tuan Guru Munawar Kholil berpesan agar para santri menjadikan shalat sebagai jalan mengenal Allah, karena dalam Hadist disebutkan amalan yang pertama kali diperiksa pada hari kiamat adalah shalat.

“Kalau shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Tapi kalau shalatnya rusak, amal lainnya juga rusak,” ungkapnya.

Pengajian diakhiri dengan zikir dan doa bersama. Para santri tampak mencatat setiap nasihat Tuan Guru dengan penuh khidmat, menandai kesungguhan mereka dalam memperdalam ilmu ibadah.

Add a Comment

Your email address will not be published.