Refleksi HUT RI Ke 80, Buya Syekh Muhammad Nur Ali: Pengamal Thariqat Adalah Pengamal Sejati Pancasila

Sumatera Utara, tnaj.or.id – Dalam semangat peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 80, Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah (TNAJ), Buya DR Syekh Muhammad Nur Ali Alkholidi, S.Ag, M.Hum, menyampaikan makna mendalam tentang Pancasila yang selama ini telah diamalkan oleh para pengikut Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah secara nyata dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.

Menurut Buya Syekh Muhammad Nur Ali, Pancasila sebagai dasar negara, juga merupakan panduan hidup spiritual, sosial, dan kebangsaan yang secara utuh telah melekat dalam praktik thariqat yang dijalani oleh para muridnya.

“Orang-orang Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah sejatinya adalah pengamal Pancasila. Nilai nilai luhur Pancasila kita praktikkan melalui laku spiritual, adab sosial, dan komitmen kebangsaan,” jelas Buya dalam tausiyahnya menyambut peringatan HUT RI ke 80, 17 Agustus 2025.

Buya Syekh Muhammad Nur Ali menjabarkan implementasi kelima sila Pancasila dalam kehidupan pengamal Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah, sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bagi pengamal Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah sila pertama dijalani dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah serta mampu memanifestasikan ketakwaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa melalui pelatihan ruhani di Rumah Ibadah Suluk. Para jemaah dididik dan dibimbing agar senantiasa berkekalan hadir hati kepada Allah dalam kesadaran ilahiyah yang tinggi.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Ketakwaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa melahirkan sikap beradab terhadap sesama manusia. Buya menekankan bahwa orang yang dekat dengan Allah akan memuliakan manusia, menjunjung nilai keadilan dan adab dalam hidup bermasyarakat.

3. Persatuan Indonesia.

Dengan fondasi iman dan adab, persatuan akan tumbuh secara alami. Para pengamal Thariqat diarahkan untuk mencintai tanah air sebagai bagian dari kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Setelah persatuan terbangun, maka musyawarah menjadi metode utama dalam mengambil keputusan. Nilai demokrasi yang hikmah dan kebijaksanaan dipraktikkan dalam komunitas Thariqat, yang menjunjung kolektifitas dan kepemimpinan spiritual.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Akhirnya, dari ibadah, adab, persatuan, dan musyawarah, lahirlah sikap hidup yang berkeadilan. Menurut Buya, para pengamal Thariqat melakukan adaptasi kultural dan sosiologi yang adil dan damai.

“Jadi, pengamal Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah sejatinya adalah pelaksana Pancasila. Dalam dirinya tercermin nilai-nilai spiritualitas dan kebangsaan yang membawa kedamaian dan keberkahan bagi lingkungan sekitar,” lanjut Buya.

Pernyataan Buya ini menjadi pengingat penting bahwa Pancasila sebagai ideologi negara, juga sebagai jalan hidup yang menyatu dalam laku spiritual dan sosial umat, khususnya di tengah upaya merawat kebangsaan dalam bingkai religiusitas.

Sebagai Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah, Buya DR Syekh Muhammad Nur Ali Alkholidi terus meneguhkan bahwa penguatan spiritual dan pemahaman kebangsaan harus berjalan beriringan agar Indonesia tetap kokoh dalam keberagaman dan nilai ketuhanan.

“Bersatu Istiqomah Dalam Tali Allah Adalah Kunci Kesuksesan.” Buya DR Syekh Muhammad Nur Ali Alkholidi, S.Ag, M.Hum.

Merdeka..!

Add a Comment

Your email address will not be published.