Empat Pilar Buya Syekh Muhammad Nur Ali Melahirkan Generasi Bermanfaat bagi Ummat

Jambi, tnaj.or.id – Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah (TNAJ), Buya DR. Syekh Muhammad Nur Ali Alkholidi, S.Ag., M.Hum., menegaskan bahwa perjuangan membangun generasi berilmu dan bermanfaat bukanlah pekerjaan instan. Menurutnya, hal tersebut membutuhkan proses panjang, kerja sama, serta ketulusan hati.
Buya Syekh Muhammad Nur Ali menekankan bahwa pengabdian seorang ulama tidak memiliki batas waktu, berbeda dengan jabatan politik yang hanya berlangsung lima hingga sepuluh tahun.

Buya DR Syekh Muhammad Nur Ali bersama Katib Ali JATMAN dan Sekretaris Umum Idaroh Aliyah Jatman serta Pimpinan Ponpes Marjanul Qalbi Jambi Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil Alkholidi didampingi Sekjen Majelis Mursyidin TNAJ SM Nur Dzikri
“Kalau pejabat ada limitnya. Kalau saya, sampai mati tetap mengabdi, tidak ada limit-limitnya. Karena penting sekali melahirkan generasi yang bisa bersuara, mewarnai, dan bermanfaat bagi ummat manusia,” ujarnya dalam taujihat pada Milad ke-7 Rumah Ibadah Suluk (RIS) Darus Salikin dan Milad ke-3 Pondok Pesantren Marjanul Qalbi di Rimbo Bujang, Tebo, Jambi, Kamis (11/9/2025).
Beliau juga mendoakan agar Pondok Pesantren Marjanul Qalbi, khususnya yang diberi nama Permata Indah dalam Hati, mampu melahirkan santri yang menjadi “permata” di tengah masyarakat.
“Untuk menciptakan generasi itu bukan semudah yang kita bayangkan. Ini butuh kerja sama, kesungguhan, dan pengorbanan,” sebut Buya DR Syekh Muhammad Nur Ali Alkholidi.
Dalam kesempatan itu, Buya juga berbagi inspirasi dari perjuangannya mendirikan berbagai fasilitas, mulai dari rumah suluk, rumah sakit, koperasi, hingga lembaga pendidikan. Semua itu, katanya, tidak terlepas dari tantangan birokrasi yang panjang.
Namun, dengan ketekunan dan tekad kuat, izin-izin yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun berhasil dirampungkan hanya dalam hitungan bulan.
“Saya serahkan aset pribadi saya untuk koperasi, supaya thariqat ini bisa berkembang. Kita punya tujuan besar ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Buya Syekh Muhammad Nur Ali merumuskan empat hal utama yang harus dimiliki pesantren dan para santri untuk mencapai tujuan besar, yaitu:
1. Eksistensi (Existence)
Pesantren harus hadir nyata di tengah masyarakat. Santri pun harus eksis sebagai bagian dari kehidupan umat.
2. Nilai (Value)
Kehadiran pesantren dan santri harus memberi nilai tambah. “Kalau hadir tanpa nilai, itu sama saja sampah masyarakat,” tegasnya.
3. Pengabdian (Dedication)
Ilmu yang dimiliki wajib diabdikan. Jika tidak diamalkan, maka kebermanfaatannya akan hilang.
4. Tanggung Jawab (Responsibility)
Ilmu harus disertai rasa tanggung jawab, dimulai dengan ketakwaan kepada Allah. “Takutlah kepada Allah, itu yang paling utama,” pesan Buya.
Pesan Buya tersebut menjadi pengingat penting bahwa pondok pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu, melainkan pusat lahirnya generasi yang siap memberi warna, manfaat, dan pengabdian nyata bagi ummat manusia.