Buku Warisan Suami Jalan Cinta Nenek Roslaini Melangkah ke Sidang Munaqasyah

Simalungun, tnaj.or.id – Usianya telah memasuki tujuh dekade, namun semangatnya menembus batas usia. Di antara ratusan peserta Sidang Munaqasyah Syekh Muda dan Syarifah ke-35 Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah (TNAJ), nama Roslaini Lubis menjadi perhatian. Nenek berusia 70 tahun itu duduk tenang di barisan peserta, mengenakan jas hitam dan kalung tanda peserta yang tergantung di lehernya.
Bagi Nenek Roslaini, perjalanan menuju sidang munaqasyah ini merupakan ziarah batin menapaki jejak cinta dan pengabdian yang telah terentang puluhan tahun.
Sudah 27 tahun lamanya ia tak bertemu dengan suaminya, Peltu Awaluddin, seorang prajurit TNI dari Yon Zipur 1 Medan. Tahun 1998, sang suami berangkat dalam tugas operasi ke Aceh, dan sejak itu tak pernah kembali.
“Saya tidak tahu apakah beliau masih hidup atau tidak. Tapi yang saya tahu, beliau meninggalkan banyak buku tentang Thariqat Naqsyabandiyah,” tutur Nenek Roslaini lirih.
Buku-buku itulah yang menjadi warisan spiritual paling berharga dalam hidupnya. Di antara lembaran-lembaran yang mulai menguning, ia menemukan catatan suaminya tentang zikir, adab berguru kepada mursyid, dan perjalanan ruhani menuju Allah. Dari sanalah tumbuh tekadnya untuk melanjutkan jalan suci yang pernah ditempuh sang suami.
“Buku itu seperti pesan yang tak terucap. Saya merasa suami saya ingin saya meneruskan perjuangannya di jalan Thariqat Naqsyabandiah,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Takdir kemudian mempertemukannya dengan adik kandungnya, Khalifah Ali Rahmadi Lubis, yang juga seorang khalifah Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah. Sang adiklah yang mengajak Nenek Roslaini untuk mengambil talqin zikir dan berguru kepada Buya DR Syekh Muhammad Nur Ali Alkholidi, S.Ag, M.Hum, Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah.
Sejak saat itu, Roslaini rutin mengikuti suluk di Rumah Ibadah Suluk Darus Shofa Li Ahli Taqwa, Marendal, Medan. Dia menempuh jalan spiritual dengan tekun, penuh keyakinan bahwa inilah jalan yang dulu diinginkan suaminya.
“Sejak pertama bertemu Buya Syekh Muhammad Nur Ali, saya langsung yakin. Hati saya tenang. Saya merasa ini jalan yang diinginkan suami saya,” ungkapnya saat ditemui di Aula Ponpes Yayasan DR Syekh Salman Daim, tempat sidang munaqasyah digelar, Sabtu (11/10/2025) malam.

Nenek Roslani Lubis saat Sidang Munaqasyah
Ketika namanya dipanggil maju ke hadapan penguji, Nenek Roslaini tak mampu menahan haru. Air mata mengalir tanpa disadari. “Saya teringat pesan suami sebelum berangkat tugas. Katanya, Thariqat Naqsyabandiyah adalah jalan menuju Allah. Alhamdulillah, sekarang saya bisa melanjutkannya,” ujarnya dengan suara bergetar.
Di usianya yang tak lagi muda, Nenek Roslani tetap tampak sehat, tenang, dan bersemangat mengikuti rangkaian sidang sejak dimulai pada 6 Oktober lalu. Dari menjawab pertanyaan seputar amalan zikir, adab berguru, hingga penerapan kaji hingga makom Baqobillah, semua dijalani dengan keyakinan penuh.
Perempuan kelahiran Siantar, 21 Juli 1958 ini berharap dapat terus diberi kesehatan agar bisa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan hingga wisuda Syekh Muda dan Syarifah ke-35 pada Rabu, 15 Oktober 2025 mendatang.

Nenek Roslani Lubis peserta sidang munaqasyah ke 35
“Saya mohon doa Buya dan seluruh jemaah agar tetap sehat, agar bisa ikut tidur istighoroh dan wisuda nanti,” tuturnya.
Tak hanya untuk dirinya, Nenek Roslaini juga membawa harapan untuk keluarga dan umat.
“Saya mengikuti Thariqat ini karena mengikuti jejak suami. Mudah-mudahan tiga anak saya dan cucu hingga cicit saya juga ikut jalan yang sama, jalan menuju Allah,” ucapnya menutup percakapan.
Dalam suasana sidang yang khidmat itu, kehadiran Nenek Roslaini menjadi cermin keteguhan iman dan cinta yang tak padam oleh waktu. Dia menunjukkan bahwa usia bukanlah batas untuk menempuh jalan ruhani.
Semangatnya menjadi inspirasi bagi para jemaah muda bahwa berjuang di jalan Allah tidak mengenal lelah, apalagi usia. (SM Salamuddin Silaen)