Kunci Menjadi Orang Baik oleh Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil Alkholidi

Riau, tnaj.or.id – Ketua Umum Pimpinan Pusat Majelis Mursyidin Thariqat Naqsyabandiyah Alkholidiyah Jalaliyah (TNAJ), Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil Alkholidi, S.Th.I, M.Pd.I, menegaskan bahwa fungsi utama hidup manusia adalah beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Menurut beliau, jangan sampai manusia lupa pada fungsi utama ini, sehingga mampu menjadikan pekerjaan, usaha, dan aktivitas sehari-hari sebagai bagian dari ibadah. Pesan ini disampaikan dalam Pengajian Rutin TNAJ di Majelis Zikir Darul Falah, Desa Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Kamis (14/8/2025).

Allah di Hati, Fondasi Kebaikan

Dalam tausiyahnya, Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Marjanul Qalbi Jambi, menekankan bahwa menjadi orang baik tidak cukup diukur dari perilaku lahiriah semata, tetapi harus disertai perasaan ruhani yang kuat bahwa Allah senantiasa hadir di hati.

“Orang baik bukan berarti tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi inti hatinya senantiasa ingat kepada Allah,” kata Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil.

Beliau mengingatkan, menjadi orang baik adalah proses yang tidak mudah. Diperlukan kesadaran untuk menanamkan perasaan kehadiran Allah dalam setiap langkah kehidupan, sehingga seluruh aktivitas dunia menjadi sarana untuk mendekat kepada-Nya.

Menentukan Posisi dan Maqam Hidup

Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil selaku Sekretaris Idaroh Aliyah Jatman, menjelaskan pentingnya mengetahui maqam atau posisi hidup yang telah Allah tetapkan.

Jika Allah menempatkan seseorang pada maqam bekerja, maka ia wajib bekerja dengan cara yang halal, tidak melalaikan ibadah, dan membawa manfaat bagi orang lain. Sebaliknya, jika seseorang telah berada pada maqam tanpa perlu berusaha duniawi, maka tidak sepatutnya ia kembali pada maqam yang lebih rendah.

 

“Kesalahan dalam menempatkan diri bisa membuat kita terjebak pada syahwat khafiyah, yaitu keinginan yang tersembunyi namun menyesatkan,” tegas Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil.

Usaha yang Bernilai Ibadah

Menurut beliau, seluruh aktivitas, termasuk pekerjaan, harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas ibadah. Bahkan, niat mencari rezeki pun sebaiknya diarahkan untuk mencari karunia Allah demi keberkahan, bukan sekadar keuntungan materi. Seperti firman Allah:

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

“Mencari karunia Allah itu lebih tinggi nilainya dibanding sekadar mencari rezeki. Karunia Allah pasti halal dan penuh berkah,” jelas Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil.

Tuan Guru juga menegaskan dua tanda bahwa seseorang berada di maqam bekerja: pertama, rezeki yang diperoleh cukup untuk diri sendiri dan membantu orang lain; kedua, usaha tersebut tidak melalaikan zikir dan ibadah serta tidak membawa kepada yang haram.

Keselarasan Dunia dan Akhirat

Mengakhiri tausiyahnya, Tuan Guru Dr SM Munawar Kholil mengingatkan bahwa kesuksesan sejati bukan hanya diukur dari keberhasilan dunia, tetapi dari keharmonisan antara usaha lahiriah dan ibadah kepada Allah.

“Seluruh aspek kehidupan sejatinya adalah untuk beribadah kepada Allah. Jika pekerjaan dan ibadah berjalan selaras, insyaAllah kita akan memperoleh sukses dunia dan akhirat,” pungkasnya. *

Add a Comment

Your email address will not be published.